Kamis, 17 November 2011

CARA MENINGKATKAN SPERMA

T
idak diragukan, memiliki sperma dalam jumlah banyak menghasilkan orgasme lebih lama, termasuk meningkatkan hasrat seks. Sperma yang banyak juga merupakan tanda sistem reproduksi yang sehat. Jika Anda ingin menyirami pasangan dengan cinta atau ingin menjadi calon ayah, inilah beberapa tips untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu dan jumlah  sperma.
1.     Berhenti Merokok
Jika Anda seorang perokok saat ini, berhentilah! Selain menyebabkan napas tak sedap, merokok juga dapat mempengaruhi jumlah sperma. Penelitian menunjukkan bahwa perokok memiliki jumlah sperma lebih sedikit dibanding pria yang tidak merokok.
2.    Hindari Celana Ketat dan Air Panas
Usahakan testis berada pada suhu sejuk dibanding bagian tubuh lain. Memakai celana dalam atau celana panjang ketat akan mengakibatkan suhu disekitar testis jadi panas. Usahakan tidak mengenakan celana dalam waktu tidur untuk menjaga suhu dibagian tubuh itu tetap sejuk.
3.    Kurangi Hubungan Intim dan Masturbasi
Banyak pria mengeluhkan spermanya sedikit dan encer. Semakin banyak ejakulasi, semakin berkurang kepadatan sperma. Bila Anda melakukan hubungan intim setiap hari atau lebih buruk lagi masturbasi, maka akan berpengaruh pada jumlah dan kepadatan sperma.
4.    Jangan Minum Alkohol
Alkohol dapat mempengaruhi fungsi lever yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan estrogen. Jumlah estrogen yang tinggi dalam tubuh akan mempengaruhi produksi sperma. Hentikan minum alkohol bila Anda tidak ingin kehilangan produksi sperma.
5.    Coba Suplemen Alami
Obat-obatan buatan pabrik mungkin bias menghalangi produksi sperma. Sebaliknya, suplemen alami diyakini dapat meningkatkan produksi sperma. Asam amino L-carnitine yang ditemukan dalam daging merah dan susu serta L-cartine yang terdapat dalam kacang-kacangan, telur, daging, dan wijen berkhasiat meningkatkan mutu sperma.
Read More..

Sabtu, 05 November 2011

ORGAN REPRODUKSI

Organ Genitalia Eksterna Pada Wanita

*      Mons Veneris
Mons pubis disebut juga gunung venus merupakan jaringan lemak yang ditutupi oleh kulit dan merupakan bagian yang menonjol di atas simfisis. Setelah pubertas, mons pubis ini akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes). Rambut pubis ini selain menutupi sebagian labia mayora dan makin sedikit ke arah perineum. Fungsi dari rambut pubis ini selain dari estetika juga dapat merupakan pencegahan secara tidak langsung terhadap infeksi. Pada wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus dan paha. Mons pubis ini berfungsi sebagai bantalan.

*      Labia Mayora (Bibir Besar)
Labia mayora merupakan dua lipatan membulat besar jaringan lemak yang tertutup oleh kulit yang bertemu di depan pada mons pubis. Pada saat kedua labia mayora berjalan ke belakang ke arah anus, kedua labia menjadi lebih datar dan menuju ke depan corpus perinealis membentuk kommisura posterior. Bagian akhir ligamentum teres berinsersi pada jaringan lemak ini. Permukaan sebelah dalam labia mayora halus dan tidak berambut. Bagian ini mengandung banyak kelenjar keringat (glandula sudorifera), kelenjar minyak (glandula sebacea) dan terdapat banyak ujung saraf sehingga sensitif saat hubungan seks, sedangkan permukaan luarnya ssetelah pubertas akan tertutup oleh rambut. Labia mayora ini berfungsi untuk melindungi organ-organ yang ada di dalamnya.

*      Labia Minora (Bibir Kecil)
Labia minora merupakan dua lipatan kulit yang berwarna merah muda yang lebih kecil terletak memanjang di bagian dalam labia mayora. Kedua labia minora ini halus, tidak tertutup oleh rambut, tetapi mengandung sejumlah glandula sudorifera dan glandula sebacea. Kedua labia ini pun mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia minora analog dengan kulit skrotum pada pria. Daerah yang ditutupi oleh kedua labia minora ini disebut vestibulum. Masing-masing labium minus terbagi menjadi dua lipatan di bagian anterior. Lipatan bagian atas mengelilingi klitoris dan bertemu untuk membentuk preputium klitoridis. Dua lipatan bagian bawah melekat pada permukaan bawah klitoris dan disebut frenulum klitoridis. Di bagian posterior kedua labia minora bertemu untuk membentuk lipatan tipis yang disebut fossa vestibule veginae (fourchette), yang dapat mengalami robekan pada terjadinya robekan perineum derajat satu selama melahirkan. Pada wanita yang belum pernah bersalin tampak masih utuh, cekung seperti perahu, sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan kelihatan tebal dan tak rata. Labia minora ini berfungsi untuk menghubungkan atau menyalurkan persyarafan di klitoris.

*      Klitoris (Kelentit)
Klitoris merupakan struktur kecil yang besarnya seperti kacang ijo, bagian yang erektil, dan mengandung banyak pembuluh darah serta serat saraf, sehingga sangat sensitif saat hubungan seks. Klitoris ini terletak di dalam lipatan preputium dan frenulum. Klitoris terdiri dari dua korpus, yaitu corpora cavernosa yang terletak berdampingan satu sama lain dan memanjang ke belakang untuk melekat pada periosteum dari corpus ossis pubis. Klitoris merupakan struktur yang dapat disetarakan dengan penis pada pria, tetapi tidak seperti penis, pada klitoris tidak terdapat urethra.

*      Hymen (Selaput Dara)
Hymen merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya dan sebagai pemisah antara genetalia eksterna dan interna. Pada umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada setiap wanita, bentuk hymen berbeda-beda dari yang seminularis (bulan sabit), anularis, tapisan, septata, fimbria sampai yang berlubang-lubang. Lubang hymen berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui oleh dua jari. Ketika terjadi hubungan seks pertama, hymen akan robek dan mengeluarkan darah. Setelah melahirkan hymen merupakan tonjolan kecil yang disebut karunkule mirtiformis. Hymen berfungsi sebagai pelindung pertama dari vagina.

*      Vestibulum
Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan-kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama), saluran kencing, kelenjar Bartholini, dan kelenjar Skene (kelenjar-kelenjar ini akan mengeluarkan cairan pada saat permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga memudahkan penetrasi penis).

*      Vulva
Vulva berbentuk lonjong dan merupakan tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labia mayora yang ke belakang menjadi satu dan membentuk kommissura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya, terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Medial dari bibir besar ditemukan bibir kecil yang ke arah perium menjadi satu dan membentuk frenulum labiorum pudendi. Di depan frenulum ini terletak fossa navikulare. Di kiri dan kanan bawah, dekat fossa navikulare, terdapat kelenjar bartholini. Kelenjar ini dengan ukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang bermuara di vulva, tidak jauh dari navikulare. Pada koitus kelenjar bartholini mengeluarkan getah lendir.

*      Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus vagina ini merupakan pintu masuk ke vagina. Pada seorang virgo selalu dilindungi oleh labia minora.


*      Perineum
Perineum terletak di antara vulva dan anus, dengan panjang kira-kira 4 cm.


Organ Genitalia Interna pada Wanita

*      Vagina (Liang Senggama)
Vagina merupakan saluran potensial yang menghubungkan vulva dengan rahim, terletak di antara saluran kemih dan liang dubur. Bentuk vagina seperti pipa potensial, bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat, disebut rugae, sedangkan di tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Dindingnya secara normal terletak berdekatan satu sama lain, tetapi sangat mudah dipisahkan. Bdinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan jaringan ikat. Ukuran panjang dinding depan 6,5 cm dan dinding belakang 9 cm. Di vagina tidak didapatkan kelenjar-kelenjar bersekresi.
Di bawah epitel vagina terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Di bawah jaringan ikat terdapat otot-otot dengan susunan yang serupa dengan susunan otot usus. Di sebelah luar otot-otot ini terdapat fasia yang akan berkurang elastisitasnya pada wanita yang lanjut usianya.
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.  Di sebelah depan dinding vagina bagian bawah terdapat uretra, sedangkan bagian atasnya berbatasan dengan kandung kencing.
Dinding kanan dan kiri vagina berhubungan dengan muskulus levator ani. Di sebelah atas vagina membentuk fornises laterals sinistra et dekstra.
Limfe (getah baning) yang berasal dari 2/3 bagian atas vagina akan melalui kelenjar getah bening di daerah vasa iliaka, sedangkan getah bening yang berasal dari 1/3 bagian bawah akan melalui kelenjar getah bening di regio inguinalis.
Vagina mendapat darah dari :
  1. Arteria uterina, yang melalui cabangny ka serviks dan vagina memberikan darah ke bagian seperti di atas vagina.
  2. Arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberi darah ke vagina bagian 1/3 tengah.
  3. Arteria hemoroidalis mediana dan arteria pudendus interna, yang memberikan darah ke bagian 1/3 bawah vagina.
Fungsi penting dari vahina ialah sebagai :
  1. Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan secret lain dari rahim.
  2. Alat untuk bersenggama dan masuknya spermatozoa.
  3. Jalan lahir pada waktu bersalin.
  4. Membantu menopang uterus.
  5. Membantu mencegah infeksi.

*      Uterus (Rahim)
Uterus adalah suatu stuktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum. Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng ke arah muka belakang. Dalam keadaan tidak hamil rahim terletak dalam rongga panggul kecil. Uterus terletak antara kandung kencing dan rektum. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dindingnya 1,25 cm.
Uterus terdiri dari 3 bagian yaitu:
-          badan rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga
-          leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder
-          rongga rahim (fundus uteri)
Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu :
-          Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar.
-          Lapisan otot (lapisan miometrium), di tengah
-          Lapisan mukosa (endometrium), di dalam.
Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Panjang korpus uteri terhadap serviks juga berbeda-beda. Pada anak-anak panjangnya korpus uteri ½ dari panjang serviks uteri. Pada gadis remaja sama panjang antara korpus dan serviks uteri. Pada multipara korpus uteri dua kali panjangnya korpus uteri. Kavum uteri (rongga rahim) berbentuk segitiga, lebar di daerah fundus dan sempit di daerah serviks. Sebelah atas rongga rahim berhubungan dengan saluran telur (tuba fallopii) dan sebelah bawah dengan saluran leher rahim (kanalis servikalis). Hubungan antara cavum uteri dan kanaliservikalis disebut ostium uteri internum, sedangkan muara kanalis servikalis ke dalam vagina disebut ostium uteri eksternum. Istmus adalah bagian uterus anatra korpus dan serviks uteri, diliputi oleh peritoneum liserale daerah ini pada awal kehamilan akan berubah menjadi lunak yang disebut tanda hegar.
Letak rahim dalam rongga pelvis terfiksasi dengan baik karena disokong dan dipertahankan oleh:
-          Tonus rahim sendiri
-          Tekanan intraabdominal
-          Otot-otot dasar panggul
-          Ligamen-ligamen :
    1. Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum (mackendrot) yakni ligamentum yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis.
    2. Ligamentum sakro uterinum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, ke arah os sacrum kiri dan kanan.
    3. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.
    4. Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. Di bagian dorsal ligamentum ini ditemukan indung telur.
    5. Ligamentum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang menahan tuba fallopii berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Letak-letak lainnya adalah antefleksi (tengadah ke depan), retrofleksi (tengadah ke belakang), anteversi (terdorong ke depan), retroversi (terdorong ke belakang), dan torsio (uterus yang memutar).
Fungsi utama uterus adalah :
  1. Setiap bulan berfungsi dalam siklus haid.
  2. Tempat janin tumbuh dan berkembang.
  3. Berkontraksi terutama sewaktu bersalin dan sesudah bersalin.
  4. Tempat melekatnya plasenta.

*      Tuba Fallopii (Saluran Telur)
Tuba fallopii ialah saluran telur berasal dari duktus mulleri. Alat ini terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral mulai dari kornu uteri kanan dan kiri, panjangnya sekitar 11-14 cm dengan diameter 3-8 mm. Tuba fallopii berbentuk tubuler (seperti tabung). Lumen setiap tuba berhubungan dengan cavitas uteri pada ujung proksimalnya dan berhubungan dengan caviitas peritonealis pada ujung distalnya. Dengan demikian terdapat hubungan langsung antara ostium vaginae pada vulva dan cavitas peritonealis.
Tuba Fallopii terdiri dari empat bagian:
  1. Pars interstisialis
Bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus mulai dari ostium tubae.
  1. Pars Ismika
Bagian tuba sebelah luar dari dinding uterus merupakan bagian tuba yang lurus dan sempit.
  1. Pars ampularis
Bagian tuba anatra pars ismika dan infundibulum meruapak bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S, di sini biasanya terjadi konsepsi.
  1. Infundibulum
Merupakan ujung dari tuba dengan umbai-umbai yang disebut vimbrae untuk menangkap ovum yang matang, lubangnya disebut ostium abdominal tubae.
Fungsi Tuba yaitu membentuk satu saluran (canalis) yang dapat dilalui ovum dan spermatozoa dan bersatu (fertilisasi) dan merupakan tempat ovum yang telah dibuahi.

*      Ovarium (Indung Telur)
Ovarium terletak di kiri dan kanan antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke rahim oleh ligamentum ovarii proprium dan ke dinding panggul oleh ligamentum infundibulo-pelvikum. Ukuran ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.
Menurut strukturnya ovarium terdiri dari:
  • Kulit (korteks) atau ziona parenkimatosa, terdiri dari:
a.    tunika albuginea.
b.    jaringan ikat di sela-sela jaringan lain.
c.    Stroma, follikel primordial, dan fillikel de Graaf.
d.    Sel-sel Warthard.
  • Inti (medulla) atau zona vaskulosa, terdiri dari:
a.    stroma berisi pembuluh darah.
b.    Serabut saraf.
c.    Beberapa otot polos.
Fungsi utama ovarium yaitu:
  1. Menghasilkan sel telur (ovum).
  2. Menghasilkan hormon-hormon (progesterone dan estrogen)
  3. Ikut serta mengatur haid.

Organ Aksesoris pada Wanita (Mammae)

Payudara wanita disebut juga glandula mammaria, yaitu alat reproduksi tambahan. Payudara berbentuk tonjolan setsengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksilla (Cauda axillaris Spence). Payudara terletak pada fascia superfisialis dinding rongga dada di atas muskulus pectoralis mayor dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium.
Struktur mikroskopis payudara meliputi :
*      Areola
Areola adalah daerah linngkaran yang terdiri dari lingkaran kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi .Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah , lebih gelap pada wanita yang berkulit coklat.Di daerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebacea.

*      Papilla mammae
Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer.

*      Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini, yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel keranjang atau sel laba-laba.Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu kedalam duktus lactifer.

*      Tubulus Lactifer
Tubulus Lactifer adalah saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
*      Ductus Lactifer
Ductus lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.

*      Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus laktifer yang melebar, yang merupakan tempat menyimpam air susu.ampulla terletak di bawah areola.




Organ Genitalia Eksterna pada Pria

*      Penis
Penis bentuknya bulat panjang yang berubah besarnya saat aktivitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh darah, otot, dan serabut saraf. Di tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai saluran cairan sperma yang disebut uretra.
Penis yang asalnya dari bahasa Latin yang berarti “ekor” memiliki ujung yang disebut glans yang banyak memiliki serabut saraf yang peka. penis tidak memiliki tulang, hanya daging yang dipenuhi dengan pembuluh darah.
Penis merupakan jaringan erektil yang berfungsi untuk deposit sperma dalam hubungan seksual sehingga dapat ditampung dalam liang senggama. Sebagai alat penting dalam hubungan seks baik untuk kreasi dan prokreasi. Struktur anatominya terdapat bagian yang disebut kapernus yang dapat membesarkan dan memberikan ketegangan pada penis.

*      Skrotum
Skrotum atau kantong zakar bentuknya bulat dan berisi dua buah testis di kanan dan kiri yang tampak dari luar berupa kulit yang berkerut dan ditumbuhi rambut pubis. Skrotum ini membentuk kantong yang menggelantung di belakang penis. Dibagi oleh septum yang terdiri dari jaringan fibrosa menjadi dua ruangan yang masing-masing berisi satu testis, satu epididimis.
Skrotum tidak mengandung lemak subkutan, tetapi mengandung jaringan otot yang dapat mengadakan retraksi (penarikan ke atas) testis dalam usaha untuk melindungi testis terhadap trauma.
Skrotum gunanya adalah mengontrol suhu dari testis, yaitu 6 C lebih rendah dari suhu bagian tubuh lainnya agar testis dapat berfungsi menghasilkan sperma.



*      Testis
Testis disebut juga buah zakar. Testis berada di luar yang dibungkus dengan skrotum yang longgar. Testis merupakan struktur yang berbentuk oval, berwarna putih, kira-kira panjangnya 4 cm, lebar 2,5 cm dan tebal 3 cm. masing-masing testis beratnya antara 10-14 gram. Selain itu merupakan alat penting untuk membentuk hormon pria yaitu testosterone dan membentuk spermatozoa yaitu bibit dari pria dalam jumlah besar. Spermatozoa yang telah dibentuk disimpan pada saluran testis untuk menampungnya karena spermatozoa tidak tahan panas dan tidak tahan suhu terlalu dingin. Kulit skrotum yang longgar digunakan untuk mengatur suhu sehingga panas di sekitar spermatozoa relative tetap.

*      Epididimis
Epididimis merupakan saluran dengan panjang sekitar 45-50 cm yang menghubungkan testis dengan vas deferens. Selain itu epididimis merupakan tempat bertumbuh dan berkembangnya spermatozoa sesudah dibentuk dalam testis, sehingga siap untuk melakukan pembuahan.

*      Vas Deferens
Vas deferens merupakan kelanjutan dari epididimis yang dapat diraba dari luar. Panjang vas deferens kira-kira 45 cm dan bentuknya tabung  yang mengangkut spermatozoa dari epididimis ke uretra pars prostatica. Vas deferens tidak mempunyai pelapis epitel bersilia karena sekresi vesicular seminalis dan prostat merupakan medium untuk membantu pengangkutan spermatozoa.


Organ Genitalia Interna pada Pria

*      Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat meruapakan pembentuk cairan yang akan bersama-sama keluar saat ejakulasi dalam hubungan seksual. Prostat berbentuk kerucut yang panjangnya 4 cm, lebarnya 3 cm, dan tebalnya 2 cm dengan berat kira-kira 8 gram. Prostat mengelilingi bagian atas uretra dan terletak dalam hubungan langsung dengan cerviks vesica urinaria. Tersusun atas jaringan kelenjar dan serabut-serabut otot involunter dan berada di dalam kapsul fibrosa. Kelenjar ini berada di bagian dalam dan berfungsi membentuk cairan pendukung spermatozoa.

*      Kelenjar Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis merupakan kantong-kantong kecil yang berbentuk tidak teratur, panjangnya 5 cm dan terletak diantara dasar vesika urinaria dan rectum. Jumlahnya satu buah, yang juga menghasilkan cairan untuk kehidupan sel spermatozoa, yang secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi. Dengan kata lain, vesikula seminalis berguna untuk memproduksi semacam gula yang berguna sebagai sumber kekuatan untuk sperma agar dapat bertahan hidup dan berenang mencari telur di dalam alat reproduksi perempuan. Pada saat ejakulasi, vesikula seminalis ini mengalirkan gula tersebut ke vas deferens.

*      Glandula bulbourethralis (Cowper)
Glandula bulbourethralis merupakan kelenjar kecil kira-kira sebesar kacang kapri, berwarna kuning, terletak tepat di bawah prostat yang memiliki panjang kira-kira 3 cm, dan bermuara ke dalam uretra sebelum mencapai bagian penis. Glandula bulbourethralis ini mengeluarkan sedikit cairan sebelum ejakulasi dengan tujuan untuk melumasi penis sehingga mempermudah masuk ke dalam vagina. Sekresi dari glandula bulbourethralis ini ditambahkan ke dalam cairan seminal. Jika sekresi prostate sendiri mempunyai pH 6,6 maka pH cairan seminal secara keseluruhan sama dengan darah, yaitu 7,5.

*      Ductus Ejakulatorius
Ductus ejakulatorius dibentuk dari persatuan vas deferens dengan ductus seminalis. Panjangnya kira-kira 2,5 cm, dan menghubungkan vas deferentia dengan uretra.






Read More..

Endometriosis

A.    Pengertian Endometritis
Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium.  Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang, waktu yang diperlukan untuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi dari glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.

B.     Etiologi Endometritis
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.  Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium.  Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan.  Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit-leukosit.  Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Terjadinya infeksi endometrium pada saat:
a.       Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
b.       Pada saat terjadi keguguran.
c.       Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan, mikroorganisme, kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi cervik.
Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada sinergisme antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis. Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi neutrofil akan menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran kembar atau kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk kontaminasi pada traktus genital. Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi endometritis dan berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.

C.    Gambaran Klinik Endometritis
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir.  Kadang-kadang lochia tertahan oleh darah, sisa-sisa palsenta dan selaput ketuban.  Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan diatasi.  Uterus pada endometriosis agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek.  Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri.  Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.  Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat.  Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
Endometritis dapat terjadi penyebaran:
  1. Miometritis (infeksi otot rahim)
  2. Parametritis (infeksi sekitar rahim)
  3. Salpingitis (infeksi saluran telur)
  4. Ooforitis (infeksi indung telur)
  5. Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
  6. Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.

D.    Jenis-jenis Endometritis
  1. Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum.  Pada endometritis postpartum, regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.  Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus provocatus.  Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.
Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi leukosit berinti polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akuta, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akuta. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus, dan oleb sebab itu tidak dibicarakan lebib lanjut di sini.  Infeksi post abortum dan post partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang merupakan porte d’entree bagi kuman-kuman patogen. Selain in, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus dan tidak sucihama dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi lebih cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium, tuba dan ovarium serta ke peritoneum di sekitarnya.  Gejala-gejala endometritis akuta dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.  Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan IUD (intra-uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.  Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akuta tetap terbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.  Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa pathogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.  Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting ialah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Gejala-gejala:
a.       Demam
b.      Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar fluor yang purulent.
c.       Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
d.      Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.
e.       Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

  1. Endometritis Kronik
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.  Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.  Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah, leukorea dan menoragia. Pengobatannya tergantung dari penyebabnya.
Endometritis knonika ditemukan:
a.       pada tuberkulosis;
b.      jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
c.       jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
d.      pada polip uterus dengan infeksi;
e.       pada tumor ganas uterus;
f.       pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
g.      Fluor albus yang keluar dari ostium
h.      Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat infeksi yang terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.  Dahulu diagnosis endometritis kronika lebih sering dibuat daripada sekarang.  Sejak penelitian fundamental dari Hitshcmann dan Adler tentang histology endometrium selama siklus haid, diketahui bahwa banyak perubahan yang ditemukan dalam endometrium dan yang dahulu dianggap patologik adalah gambaran normal dari endometrium dalam berbagai fase siklus haid.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus tuberculosis genital.  Pada pemeriksaan mikrskopik ditemukan tuberkel di tengah-tengah endometrium yang beradang menahun.
Endometritis tuberkulosa umumnya timbul sekunder pada penderita dengan salpingitis tuberkulosa.  Pada penderita dengan tuberculosis pelvic yang asimptomatik, endometritis tuberkulosa ditemukan bila pada seorang wanita dengan infertilitas dilakukan biopsy endometrial dan ditemukan tuberkel dalam sediaan.  Terapi yang kausal terhadap tuberculosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.
Pada abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan villi korialis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan plasenta tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.

E.     Diagnosa Endometritis
Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi traktus genital per rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak selalu mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus, cervik atau vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik, pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina. 
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada kasus endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami pemeriksaan postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari program kesehatan yang rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat palpasi rektal. Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma kelahiran, distosia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode postpartum dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk memastikan adanya pus, mengindikasikan keradangan pada uterus.  Sejumlah kecil pus yang terdapat pada pipet inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah suatu gejala yang mangarah pada endometritis. Keradangan pada cervix (cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum.  Untuk beberapa kasus endometritis klinis atau subklinis, diagnosa diperkuat dengan biopsy uterin. Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan biopsy akan tampak adanya peradangan akut atau kronik pada dinding uterus. Pemeriksaan biopsi uterin dapat untuk memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus. Tampak daerah keradangan menunjukkan terutama neutrofil granulocyte dan dikelilingi jaringan nekrosis dengan koloni coccus.
Cara sederhana juga adalah dengan melakukan pemeriksaan manual pada vagina dan mengambil mukus untuk di inspeksi. Keuntungan teknik ini adalah murah, cepat, menyediakan informasi sensory tambahan seperti deteksi laserasi vagina dan deteksi bau dari mukus pada vagina. Satu prosedur adalah pembersihan vulva menggunakan paper towel kering dan bersih, sarung tangan berlubrican melalui vulva ke dalam vagina. Pinggir, atas dan bawah dinding vagina dan os cervik eksterna dipalpasi dan isi mukus vagina diambil untuk diperiksa. Tangan biasanya tetap di vagina untuk sekurangnya 30 detik. Pemeriksaan vagina manual telah sah dan tidak menyebabkan kontaminasi bakteri uterus, menimbulkan phase respon protein akut atau menunda involusi uterus. Tetapi operator sadar bahwa vaginitis dan cervicitis mungkin memberikan hasil yang salah. Vaginoscopy dapat dilakukan dengan menggunakan autoclavable plastik, metal atau disposable foil- lined cardboard vaginoscope, yang diperoleh adalah inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa resistensi menggunakan vaginoscop karena dirasa tidak mudah, potensial untuk transmisi penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus vagina terdiri dari batang stainless steel dengan hemisphere karet yang digunakan untuk mengeluarkan isi vagina.

F.     Penanganan Endometritis
  1. Endometritis Akut
Terapi:
a.       Pemberian uterotonika
b.      Istirahat, posisi/letak Fowler
c.       Pemberian antibiotika
d.      Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa corpus carcinoma.  Dapat diberi estrogen.

  1. Endometritis Kronik
Terapi:
       Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa.  Kadang-kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa.  Kuretase juga bersifat terapeutik.
Read More..