Sabtu, 05 November 2011

Siklus Wanita

1.  Menstruasi
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, terkadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari.
Adapun pengertian lain dari menstruasi atau haid adalah perdarahan dari uterus yang keluar melalui vagina selama 5-7 hari, dan terjadi setiap 22 atau 35 hari. Yang merangsang menimbulkan haid adalah hormon FSH dan LH, serta hormon estrogen serta progesteron dari sel telur yang dalam keseimbangannya menyebabkan selaput lendir rahim tumbuh dan apabila sudah ovulasi terjadi dan sel telur tidak dibuahi hormon estrogen dan progesteron menurun terjadilah pelepasan selaput lendir dengan perdarahan terjadilah haid.
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akhirnya membentuk siklus menstruasi. Siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi sampai tepat satu hari sebelum menstruasi bulan berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, dan hanya sekitar 10-15% wanita memiliki siklus 28 hari.

Siklus menstruasi dibagi menjadi 4 fase yaitu, fase menstruasi, praovulasi, ovulasi, dan pasca-ovulasi. Fase menstruasi dikendalikan oleh hormon estrogen dan progesteron. Pada lima hari pertama, kedua hormon ini berkurang secara drastic sehingga menyebabkan sel telur terlepas dari dinding uterus (endometrium). Lepasnya sel telur tersebut menyebabkan endometrium luruh sehingga dindingnya menjadi jauh lebih tipis. Pada fase pra-ovulasi, hormon yang berperan adalah FSH dan LH. Kedua hormon tersebut merangsang sel-sel folikel untuk melepaskan hormon estrogen dan progesteron. Akibatnya, endometrium kembali menebal. Tingginya kadar estrogen menyebabkan terhambatnya produksi hormon oleh hipofisis sehingga produksi FSH terhambat. Terhambatnya produksi FSH justru memicu dihasilkannya LH. Hormon LH menyebabkan lepasnya sel telur dari sel folikel. Peristiwa lepasnya sel telur tersebut dinamakan ovulasi yang biasanya terjadi dua minggu setelah menstruasi. Fase ini dinamakan fase ovulasi. Setelah folikel melepaskan sel telur, folikel akan mengerut dan berubah menjadi korpus rubrum dan segera menjadi korpus luteum. Kemudian masuk pada fase pasca-ovulasi yang merupakan fase antara fase ovulasi dan fase menstruasi berikutnya. Fese ini terjadi pada hari ke-15 atau satu hari setelah ovulasi sampai hari ke-28 saat menstruasi tiba. Pada fase ini, LH akan merangsang korpus luteum untuk mengahsilkan hormon estrogen dan progesteron. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan luruh dan berubah menjadi korpus albikans. Akibatnya, kadar hormon estrogen dan progesteron juga menurun. Hal ini mengakibatkan produksi FSH dan LH meningkat hingga siklus akan kembali ke fase menstruasi..
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
 Hormon-Hormon Yang Berperan dalam Menstruasi
*     Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
*     Progesterone
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot.
*     Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikel stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
*     FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

2.  Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus kembar, atau triplet).
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1: seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.
Waktu yang optimum untuk mulainya kehamilan adalah 24 jam ovulasi. Koitus (berhubungan seksual) selama 24 jam sebelum ovulasi akan menyediakan spermatozoa pada tuba fallopii yang siap menerima kedatangan ovum.
            Setiap bulan wanita melepas satu atau dua sel telur (ovum) dari indung telur (ovulasi), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrie) dan masuk ke dalam saluran telur. Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang menggembung dari tuba fallopii.
         Di sekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi). Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma lain. Proses ini diikuti oleh penyatuan kedua pronuklei yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetik dari wanita dan pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan:
         XX-zigot, menurunkan bayi perempuan;
         XY-zigot, menurunkan bayi laki-laki.
            Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot selama 3 hari sampai stadium morula.
Hasil konsepsi ini tetap digerakkan ke arah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut getar (silia) dan kontraksi otot. Hasil konsepsi tiba dalam cavum uteri pada tingkat blastula, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi).
            Embrio yang tertanam dalam uterus menyebabkan kelenjar-kelenjar dalam dinding uterus memproduksi hormon estrogen. Hormon ini akan merangsang pembentukan LH yang akan menyebabkan korpus luteum membentuk hormon progesteron. Hormon estrogen dan progesteron menyebabkan dinding uterus tetap tebal yang berguna untuk implantasi dan memelihara janin. Selama progesteron dibentuk, menstruasi tidak terjadi.
            Pada usia kehamilan 3-4 bulan, sekresi hormon progesteron dan estrogen tidak dihasilkan oleh korpus luteum, tetapi dihasilkan oleh plasenta yang akan menutupi sebagian besar uterus. Embrio menerima makanan dan oksigen dari induk serta mengeluarkan bahan-bahan buangan dan karbon dioksida melalui plasenta. Plasenta juga akan menghasilkan hormon relaksin yang berfungsi mengendurkan bagian yang disebut simfisis pubis dan oragan lain di sekitar kemaluan sehingga mempermudah persalinan.
Satu hal yang tak bisa lepas dari proses kehamilan adalah perubahan hormon yang menyebabkan berbagai perubahan organ dan sistem tubuh seorang ibu hamil.
Hormon adalah zat yang dibentuk oleh bagian tubuh tertentu dalam jumlah kecil dan dibawa ke jaringan tubuh lainnya. Hormon punya pengaruh khas, yakni merangsang dan menggiatkan kerja organ-organ tubuh.
Sebagian dari pengeluaran hormon-hormon tersebut dikontrol oleh kelenjar pitutiari yang berada di bagian dasar otak. Sebagian lagi dihasilkan indung telur, kelenjar tiroid (kelenjar gondok), serta plasenta (ari-ari). Semuanya bertugas mempersiapkan tubuh dalam menghadapi perkembangan janin. Hormon-hormon tersebut antara lain:
*     Hormon Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Hormon ini berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga plasenta di dalam rahim. Juga dapat berfungsi untuk mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim, sehingga persalinan dini bisa dihindari. Hormon ini dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa Anda sering pusing saat hamil. Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah seks selama hamil.
*     Hormon Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Estrogen berfungsi memperkuat dinding rahim untuk mengatasi kontraksi saar persalinan. Hormon ini juga melembutkan jaringan tubuh, sehingga jaringan ikat dan sendi tubuh menjadi lemah sehingga tidak dapat menyangga tubuh dengan kuat. Akibatnya, ibu hamil sering merasa sakit punggung. Dapat juga menyebabkan varises.
*     Human Chorionic Hormone (hCG)
Human Chorionic Gonadotropin adalah hormon khas kehamilan, karena hanya ditemukan di dalam darah dan urin wanita hamil. Hormon ini dibentuk oleh lapisan jaringan bagian luar janin serta plasenta yang terbentuk pada awal pertumbuhan janin (trofoblas). Fungsinya antara lain mempertahankan jaringan berwarna kuning dalam indung telur yang terbentuk ketika indung telur baru saja melepaskan sel telur (korpus luteum), yang membuat estrogen, progesteron dan plasenta terbentuk sepenuhnya.
*     Human Placental Lactogen (hPL)
Human Placental Lactogen adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta, merupakan hormon protein yang merangsang pertumbuhan dan menyebabkan perubahan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak.
*     Hormon Prolaktin
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian depan, serta meningkatkan sel yang memproduksi ASI. Sebenarnya hormon Progesteron dan hormon Estrogen menghambat produksi ASI, namun saat melahirkan kedua hormon ini menurun, sehingga hormon Prolaktin dapat merangsang produksi ASI.
*     Hormon Oksitoksin
Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis bagian belakang membantu merangsang kontraksi pada kehamilan dan persalinan. Hormon ini juga berperan terhadap terjadinya pengaliran air susu ibu saat menyusui dan merangsang terjadinya kontraksi rahim saat ibu menyusui. Maka penyusutan rahim bisa dipercepat dengan melalui kegiatan menyusui.
*     Hormon Relaksin
Hormon ini muncul pada awal kehamilan, juga membantu mengatasi aktivitas rahim dan "melembutkan" leher rahim dalam mempersiapkan proses persalinan kelak. Selain itu hormon ini juga membuat sendi-sendi menjadi rileks.

3.  Menyusui
Menyusui adalah salah satu komponen dari sistem reproduksi yaitu hamil, melahirkan dan menyusui. Apabila kehamilan berlangsung dengan baik dan persalinan tanpa komplikasi, menyusui juga akan berhasil. Namun ternyata tidak selalu demikian karena menyusui itu bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya tetapi adalah suatu keterampilan yang perlu diajarkan dan dipersiapkan sejak hamil.
            Dalam fisiologi laktasi prolaktin suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitaria anterior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi walaupuin kadar hormon ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan, kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin.
            Terjadi peningkatan suplai darah yang beredar lewat payudara dan dapat diekstraksi bahan penting untuk pembentukan air susu. Globulin, lemak dan molekul-molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongnya menuju ke tubuli laktifer.
            Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif.
            Apabila bayi disusui, maka gerakan mengisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam glandula pituitaria posterior. Akibat langsung refleks ini adalah keluarnya oksitosin dari pituitaria posterior. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum. Sekresi oksitosin yang sama juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu involusi uterus selama puerperium.
Hormon-hormon yang berperan dalam menysui antara lain:
*     Hormon Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Hormon ini berfungsi untuk membantu menyiapkan payudara untuk menyusui.
*     Hormon Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Hormon estrogen menyebabkan puting payudara membesar dan merangsang pertumbuhan kelenjar susu.
*     Hormon Oksitoksin
Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis bagian belakang . Hormon ini berperan terhadap terjadinya pengaliran air susu ibu saat menyusui dan merangsang terjadinya kontraksi rahim saat ibu menyusui. Maka penyusutan rahim bisa dipercepat dengan melalui kegiatan menyusui.
*     Hormon Prolaktin
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian depan, serta meningkatkan sel yang memproduksi ASI. Sebenarnya hormon Progesteron dan hormon Estrogen menghambat produksi ASI, namun saat melahirkan kedua hormon ini menurun, sehingga hormon Prolaktin dapat merangsang produksi ASI.

4.  Klimakterium
Menopause adalah haid terakhir pada wanita, yang juga sering diartikan sebagai berakhirnya fungsi reproduksi seorang wanita. Oleh karena itu, tidak jarang seorang wanita takut menghadapi saat menopausenya. Kehidupan menjelang dan setelah menopause inilah yang sering disebut sebagai 'masa senja' atau masa klimakterium.
Istilah menopause seringkali disalah-artikan dengan klimakterium.
  1. Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-reproduktif.
  2. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun.
  3. Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita umur kurang dari 40 tahun.
  4. Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, keluhan klimakterik sudah mulai timbul, hormon estrogen masih dibentuk. Bila kadar estrogen menurun maka akan terjadi perdarahan tak teratur.
  5. Menopause adalah henti haid yang terakhir yang terjadi dalam masa klimakterium dan hormon estrogen tidak dibentuk lagi, jadi merupakan satu titik waktu dalam masa tersebut. Umumnya terjadi pada umur 45-55 tahun.
  6. Pascamenopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause, dijumpai hiper-gonadotropin (FSH dan LH), dan kadang-kadang hipertiroid.
  7. Sindrom klimakterik klinis adalah keluhan-keluhan yang timbul pada masa pramenopause, menopause, dan pascamenopause.
  8. Sindrom klimakterik endokrinologis adalah penurunan kadar estrogen, peningkatan kadar gonadotropin (FSH dan LH). Disebut juga sebagai sindrom defisiensi estrogen.
Beberapa penulis menyatakan bahwa masa klimakterik adalah masa penyesuaian dari seorang wanita terhadap menurunnya produksi hormon-hormon yang dihasilkan ovarium dan dampaknya terhadap poros hipotalamus-hipofisis dan organ sasaran. Sudah lama diketahui bahwa hampir semua wanita menopause hidup dalam keadaan defisiensi estrogen. Kekurangan hormon ini menyebabkan menurunnya fungsi organ tubuh yang bergantung pada estrogen, seperti ovarium, uterus (rahim) dan endometrium. Kekuatan serta kelenturan vagina dan jaringan vulva menurun, dan akhirnya semua jaringan yang bergantung pada estrogen akan mengalami atrofi (mengkerut). Cepat atau lambat gangguan akibat kekurangan estrogen pasti akan muncul, yaitu berupa peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, pengurangan jaringan tulang yang menjurus ke osteroporosis, gangguan psikis, kelelahan dan depresi. Keluhan-keluhan ini perlu dikenal agar dapat dilakukan penanganan yang tepat.
Sebagian pakar kesehatan berpendapat bahwa menopause merupakan peristiwa alamiah dan bukan diakibatkan oleh penyakit khusus (penyakit defisiensi hormon), sehingga tidak memerlukan pengobatan tetapi hanya membutuhkan pengertian dari keluarga, lingkungan dan dirinya sendiri. Namun banyak pula yang menganggap proses ini sebagai kelainan yang memerlukan pengobatan tersendiri.
Penurunan fungsi ovarium dapat berlangsung cepat pada sebagian wanita dan lebih lambat pada yang lainnya. Sebagian wanita menghasilkan estrogen endogen yang cukup sehingga tetap tanpa gejala, sedangkan yang lain memperlihatkan beragam gejala semasa klimakterium.
Gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi :
  1. Gangguan neurovegetatif (vasomotorik-hipersimpatikotoni) yang mencakup:
*     gejolak panas (hot flushes)
*     keringat malam yang banyak
*     rasa kedinginan
*     sakit kepala
*     desing dalam telinga
*     tekanan darah yang goyah
*     berdebar-debar
*     susah bernafas
*     jari-jari atrofi
*     gangguan usus (meteorismus)
  1. Gangguan psikis
*     mudah tersinggung
*     depresi
*     lekas lelah
*     kurang bersemangat
*     insomania atau sulit tidur
  1. Gangguan organic
*     infark miokard (gangguan sirkulasi)
*     atero-sklerosis (hiperkolesterolemia)
*     osteoporosis
*     gangguan kemih (disuria)
*     nyeri senggama (dispareunia)
*     kulit menipis
*     gangguan kardiovaskuler

PERUBAHAN-PERUBAHAN ORGANIK PADA MASA KLIMAKTERIK
TD {font-family:Verdana;font-size:12}


Organ sasaran

Bentuk perubahan
Akibatnya
Urogenital
Atrofi vulva, vagina, uterus, vesika
urinaria
Elastisitas menurun, mengecil, kering,mudah cedera, mudah infeksi

Hemodinamik
Gangguan pembuluh darah tepi
I
nfark miokard

Metabolisme
Hiperkolesterolemia,kekurangan kalsium,gangguan metabolisme karbohidrat
Aterosklerosis, osteoporosis,adipositas
Endokrin
Hiperfungsi hipofisis,disfungsi tiroid, peningkatan androgen

Hipertiroid, defeminisasi,virilisasi
Vegetatif
Hipersimpatikotonik,ataksi
Labil, gangguan somatik

Penyebab dan Gangguan Hormonal Klimakterium
Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya satu yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur dikeluarkan dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ berbentuk seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel telur ke tuba fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa maka akan terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu seterusnya sampai mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium semakin menurun.
Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun sebelum menopause. Pada masa ini sebenarnya telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks. Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini akan mengakibatkan interaksi antara hipotalamus-hipofisis terganggu. Pertama-pertama yang mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik.
Secara endokrinologis, klimakterik ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi, estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun menjadi 150-200 ng, dan pada pascamenopause menjadi 20-150 ng. Menurunnya kadar estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik dan gangguan siklus haid. Beratnya gangguan tersebut pada setiap wanita berbeda-beda bergantung pada:
  1. Penurunan aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks ovarium. Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik dini (gejolak panas, keringat banyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejala-gejala lanjut akibat perubahan metabolik yang berpengaruh pada organ sasaran (osteoporosis).
  2. Sosio-budaya menentukan dan memberikan penampilan yang berbeda dari keluhan klimakterik
  3. Psikologik yang mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga akan membe-rikan penampilan yang berbeda dalam keluhan klimakterik.

| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar